Akhir-akhir ini, isu kelaparan dan kerawanan pangan menjadi isu utama yang paling sering dibahas. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa kelaparan akut akan terjadi sebagai akibat perubahan iklim, cuaca ekstrem, kejutan ekonomi termasuk efek domino pademi Covid-19, wabah penyakit, gangguan hama tanaman dan penyakit hewan, perpindahan populasi yang terpaksa/mengungsi serta konflik dan masalah ekonomi lainnya menjadi factor yang membuat kerawanan pangan.

Tingkat kerawanan pangan akut mencapai rekor tertinggi, dimana berdasarkan catatan program pangan dunia sebanyak 193 juta orang mengalami kerawanan pangan di 53 negara atau wilayah pada tahun 2021. Memasuki 2022, peningkatan resiko keamanan pangan menjadi lebih mengkhawatirkan ketika dampak perang Rusia-Ukraina berkontribusi memicu krisis pangan, adanya kebijakan larangan ekspor bahan baku makanan yang dilakukan beberapa negara seperti India juga menjadi penyebab naiknya harga pangan.

Ketahanan pangan dinilai tidak aman ketika ketersediaan pangan lebih kecil dibandingkan permintaan atas kebutuhan masyarakat. Hal ini membuat kondisi ekonomi menjadi tidak stabil. Hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan harga pangan yang mendorong jutaan orang ke dalam kerwanan pangan. Oleh karenanya, terdapat urgensi dimana krisis pangan harus segera ditangani.

Krisis pangan lebih mungkin terjadi pada populasi yang mengalami kerawanan pangan dan gizi buruk berkepanjangan. Apabila tidak segera ditangani, krisis pangan dapat memicu goyangnya pilar ketahanan pangan yaitu ketersediaan, akses, pemanfaatan maupun kestabilan pangan. The Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai organisasi pangan dan pertanian PBB menyebutkan, krisis pangan adalah kondisi ketika terjadi kerawanan pangan akut dan malnutrisi yang meningkat tajam, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kategori kunci dari kerawanan pangan (food insecurity) mengacu pada kurangnya akses yang aman ke sejumlah makanan yang memadai dan bergizi untuk pertumbuhan normal manusia dan perkembangan dan kehidupan yang aktif dan sehat. FAO menekankan kata kunci keragaman dan akses atas ketersediaan yang konsisten untuk dimanfaatkan. Kerawanan pangan akut bisa terjadi ketika tingkat keparahan yang mengancam kehidupan, mata pencaharian atau keduanya, terlepas dari penyebab, konteks atau durasi.

Menyikapi dinamika berbagai permasalahan pangan tersebut, Presiden Joko Widodo menyerukan tiga fokus utama yang harus segera dilakukan untuk menghindari krisis ketersediaan pangan di tahun 2023, diantaranya: pertama, peningkatan kapasitas produksi hingga pendistribusian komoditas pangan; kedua, memastikan offtaker yang akan menampung hasil peningkatan produksi agar terserap maksimal; ketiga, pentingnya pendistribusian komoditas pangan yang telah diproduksi.

Wujud atau implementasi dari perintah Presiden Jokowi dapat dilihat dengan dibentuknya holding BUMN pangan dengan brand yang Bernama ID Food. Pembentukan Holding Pangan ditandai dengan penandatanganan oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) yang ditunjuk sebagai induk holding BUMN pangan dengan lima BUMN pangan (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) (PPI), PT Sang Hyang Seri (Persero) (SHS), PT Perikanan Indonesia (Persero) (Perindo), PT Berdikari (Persero), dan PT Garam (Persero)).

Adapun tujuan utama dalam implementasi holding BUMN pangan ini adalah memperkuat ekosistem serta ketahanan pangan Indonesia melalui peningkatan produksi dan efisiensi melalui integrasi rantai nilai pada berbagai komoditas pangan utama seperti beras, jagung, dan hortikultur (SHS), gula (RNI), garam (Garam), ayam dan sapi (Berdikari), dan ikan (Perindo) dengan kegiatan logistik dilakukan oleh PPI.

Pembentukan holding BUMN pangan yang akan mencakup seluruh rantai pasok dari hulu ke hilir tidak hanya akan berdampak pada rendahnya kompetisi di sektor pertanian tetapi juga akan menghambat investasi yang sangat dibutuhkan sektor ini untuk meningkatkan produktivitas. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai induk holding BUMN pangan bertujuan untuk memperkuat dominasi BUMN di Indonesia dan mengurangi keterlibatan swasta dan minat investasi di sektor pertanian.

Pertanyaannya apakah Indonesia memiliki tingkat ketahanan pangan yang cukup baik dalam rangka menghadapi isu krisis pangan internasional. “Apa upaya Indonesia dalam menghadapi isu krisis pangan internasional?” dan “Bagaimana peran holding BUMN pangan dalam mempersiapakan diri menghadapi kondisi krisis pangan internasional?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka seminar nasional ini diharapkan mampu memberikan jawaban dari berbagai pihak terkait seperti dari sisi petani yang di wakili oleh Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat, pembicara dari BUMN Holding Pangan oleh Komisaris Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Pembicara dari Kemetrian pertanian yang diwakili oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, pihak akademisi yang diwakili oleh para Doktor dan Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad serta pembicara dari pihak Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran akan melaksanakan seminar yang mengangkat tema “Mengoptimalkan Peran Pemerintah dalam Peningkatakan Ketahanan Pangan Nasional Menghadapi Krisis Pangan Internasional”.  Pelaksanaan seminar ini didasarkan pada tujuan SDGs nomor 2 yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Tujuan ini sejalan dengan prioritas pembangunan Indonesia yang termaktub ke dalam prioritas ketahanan pangan dan penciptaan lapangan kerja.

Seminar Nasional ini dimaksudkan untuk memaparkan dan mensosialisasikan cara kerja holding BUMN pangan dalam perbaikan supply chain pangan, masalah pasokan dan permintaan sampai keberpihakan pada petani. Harapannya, hasil dari kegiatan seminar nasional ini adalah para akademisi, peneliti, pelaku agribisnis dan agroteknologi, masyarakat serta pemerintah mampu secara bersama-sama menyerukan dan mendukung pemerintah dalam menghadapi isu pangan global.

Adapun tujuan kegiatan Seminar Nasional ini antara lain :

  • Mendesiminasikan pentingnya menghadapi ancaman krisis pangan yang mungkin terjadi dalam upaya pemerintah melalui BUMN Holding Pangan dalam menjaga ketahanan pangan.
  • Mewujudkan kemandirian pangan melalui kerjasama dengan berbagai pihak terkait (multistakeholder) seperti akademisi, swasta (bisnis) dan pemerintah (government) dan masyarakat (petani). 
 

Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Wawasan dan Peran BUMN  Holding Pangan dalam Menangani Masalah Pangan”. Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Tugas dan kewenangan BUMN holding pangan dalam menjaga ketahanan pangan (terutama 9 bahan pangan pokok)
  • Strategi dan model kebijakan yang dijalankan oleh BUMN holding pangan dalam upaya Mengantisipasi isu krisis pangan internasional (intervensi pemerintah melalui mekanisme pasar)
 

Dr. Inti Pertiwi Nashwari, SP., M.Si

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Benih sebagai Faktor Kunci dalam Menjawab Krisis Pangan Internasional”. Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Strategi pemerintah dalam mendorong investasi dan peran swasta pada produk hortikultura.
  • Arah kebijakan dan regulasi dalam pengembangan benih yang berkualitas khususnya yang melibatkan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah di sektor pertanian (pertanian dalam arti luas dari sub sector hulu ke hilir).
  • Dinamika dan tantangan perbenihan dalam menciptakan produktivitas terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan nasional dan internasional.
 

H. Otong Wiranta

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Peran dan Sumbangsih KTNA dalam Menjawab Krisis Pangan Internasional”. Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Peran KTNA dalam membangun kembali budaya pertanian dan regenerasi di sector pertanian
  • Strategi yang dikembangkan oleh KTNA dalam menjawab isu krisis pangan internasional
  • Penguatan kelembagaan petani-nelayan KTNA dalam mensejahterakan petani
 

Dr. Ir. Ronnie S. Natawidjaja, M.Sc

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Kebijakan pemerintah dalam mengatasi Dampak Krisis Pangan Global”. Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Kelembagaan pangan untuk mendukung kebijakan pangan di Indonesia.
  • Opsi kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi dampak krisis pangan global
 

Frans Marganda Tambunan

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Arah Kebijakan BUMN Holding Pangan ID FOOD dalam Menjaga Ketahanan Pangan” Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Bentuk kerjasama BUMN holding pangan ID FOOD dengan pihak lain (Bappenas, PTPN, dsb) dalam rangka mengantisipasi isu krisis pangan internasional.
  • Bagaimana ID FOOD memastikan ketersediaan pangan dari hulu hingga hilir dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
  • Mekanisme produksi, penyerapan, distribusi serta pembiayaaan untuk 9 bahan pangan pokok yang menjadi focus utama BUMN holding pangan dalam menjaga ketahanan pangan.
  • Strategi BUMN holding pangan dalam mendukung pemerintah menjaga agar harga pangan stabil dan terjangkau oleh masyarakat
 

Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Perkembangan kebijakan Nasional Terkini” Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Strategi bappenas dalam peningkatan ketahanan pangan
  • Positioning atau peran holding pangan dalam kebijakan ketahanan pangan nasional
  • Tantangan bagi peran pemerintah kedepan dalam mengantisipasi krisis pangan internasional
 

Nasrul Hakim

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Peran Kunci Petani  dalam Sistem Pangan yang berkelanjutan, Tangguh dan Beragam” Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Pengalaman success story dalam mendorong petani muda Indonesia yang melibatkan petani skala mikro, kecil dan menengah.
  • Tantangan dan dinamika dalam menginisiasi petani muda Indonesia sebagai role mode untuk pertanian modern dan inovatif.
  • Perspektif terhadap Universitas Padjajaran (Fakultas Pertanian) dalam memperkuat sumberdaya manusia untuk mendukung pangan nasional
 

Dr. Tomy Perdana, SP., MM.

Topik yang diajukan untuk dipaparkan adalah “Tantangan dan Dinamika Rantai Pasok Pangan Pokok Indonesia”. Oleh karena itu, materi paparan diharapkan meliputi (meskipun tidak hanya terbatas):

  • Dinamika rantai pasok pangan di Indonesia
  • Posisi logistik dalam rantai nilai industri pangan dan perdagangan internasional
  • Kinerja logistic dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia